LAPORAN
OBSERVASI PASAR
”KEBERADAAN
TUKANG BECAK DI PASAR JALAN JOMBANG”
Untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Antropologi
Yang
dibina oleh Bapak Drs. Irawan, M.Hum
Oleh
Ali
Sunarno
120741404075
Offering A
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
Pebruari 2013
A.
Pendahuluan
Universitas Negeri Malang
(UM) merupakan salah satu universitas yang terletak di pusat Kota Malang.
Sehingga disekitarnya terdapat berbagai fasilitas publik khususnya pasar baik
pasar modern maupun pasar tradisonal. Pasar modern atau biasa yang disebut
“mall” di sekitar UM yaitu MATOS (Malang Town Sequare), MOG (Mall Olimpic
Garden) sedangkan yang termasuk pasar
tradisional salah satunya adalah pasar Jalan Jombang.
Pasar adalah tempat
dimana terjadi interaksi antara penjual dan pembeli. Pasar di dalamnya terdapat
tiga unsur, yaitu: penjual, pembeli dan barang atau jasa yang keberadaannya
tidak dapat dipisahkan. Pertemuan antara penjual dan pembeli menimbulkan
transaksi jual-beli, akan tetapi bukan berarti bahwa setiap orang yang masuk ke
pasar akan membeli barang, ada yang datang ke pasar hanya sekedar main saja
atau ingin berjumpa dengan seseorang guna mendapatkan informasi tentang
sesuatu. Ada pula yang memanfaatkan keramaian pasar sebagai sumber penghasilan
yaitu dengan menyediakan jasa angkut dan antar bagi pengunjung pasar tersebut.
Salah satu jasa angkut dan antar yang ada di pasar khususnya pasar tradisional
adalah becak.
Berangkat dari pernyataan kedua paragraf di atas, kami tertarik untuk
mengobservasi keberadaan tukang becak yang bekerja di pasar tradisional sekitar
Universitas Negeri Malang yaitu di pasar Jalan Jombang.
B.
Metode
Observasi
Observasi dan wawancara
kami lakukan pada hari Minggu 10 Pebruari 2013 pukul 06:30 samapai pukul 07:30
WIB dengan mengamati keadaan pasar Jalan Jombang dan mewawancarai tukang becak dan
salah satu penumpangnya yang berada di pasar Jalan Jombang.
C.
Hasil
Observasi dan Wawancara
1.
Gambaran Umum Pasar Jalan Jombang dan Keberadaan
Tukang Becak
Pasar Jalan Jombang merupakan pasar tradisonal yang
berada kurang lebih 0,5 km barat daya Universitas Negeri Malang. Pasar ini buka
setiap hari mulai subuh sampai pukul 11:00 siang. Seperti namanya lokasi pasar
Jalan Jombang memenfaatkan keberadaan Jalan Jombang gang IA. Karena terletak di
sebuah gang yang tidak terlalu lebar, para pengunjung biasanya hanya berjalan
kaki, naik motor atau becak untuk menuju pasar ini. Di pasar ini dijual aneka kebutuhan dapur seperti
sayuran, buah-buahan, dan aneka lauk (tahu, tempe, ikan, daging ayam). Selain
itu juga di jual aneka jajanan seperti bakpao, roti goreng, lemper dan
lain-lain.
Selain terdapat berbagai macam barang yang di jual, di pasar Jalan Jombang
terdapat jasa parkir untuk kendaraan pengunjung dan penjual di pasar, dan yang
menarik adalah keberadaan tukang becak yang membantu mobilitas baik penjual
maupun para pengunjung pasar.
Tukang becak adalah profesi unik karena meskipun di zaman yang serba
canggih ini, mereka masih bisa bertahan dan masih menjadi salah satu angkutan
umum yang diminati oleh masyarakat Indonesia. Di pasar Jalan Jombang sendiri
becak merupakan salah satu sarana angkutan yang masih diminati masyrakat,
meskipun semakin lama semakin berkurang peminatnya karena banyaknya angkutan
yang lebih modern seperti sepeda motor, mobil dan lain-lain.
2.
Biografi
Narasumber
Pak Koyin, lahir
di Malang pada tahun 1949. Saat ini usia beliau adalah 63 tahun. Riwayat
pendidikan beliau adalah tidak tamat SD. Pekerjaan saat ini adalah sebagai
tukang becak yang hampi setiap pagi mangkal di Pasar Jalan Jombang. Ia tinggal
di sebuah rumah di Kelurahan Karang Besuki bersama istrinya Bu Fatimah yang
berusia 59 tahun sebagai ibu rumah tangga dan seorang anak laki-laki yang masih
duduk di bangku kelas 3 sebuah SMA di kota Malang yang sekarang menjadi
tanggunganya. Sebenarnya Pak Koyin memiliki 4 orang anak, namun 3 dari anaknya
telah menikah dan hudup berumah tangga sendiri.
Karena
keadaan ekonomi yang bisa dikatakan pas-pasan, ke 4 anak Pak Koyin tersebut
kurang mendapatkan pendidikan di sekolah. Untuk anak pertama dan kedua, mereka
hanya lulusan SD (Sekoah Dasar). Dan untuk anak ke 3 ia sudah lulus SMA. Dan
yang terakhir ini baru kelas 3 SMA, dan kemungkinan tidak dapat melanjutkan ke
Perguruan Tinggi karena tidak adanya biaya. Oleh karena anak pertama dan kedua
hanya lulusan SD, merka hanya bisa bekerja sebagai kuli bangunan yang
pendapatanya juga tidak banyak. Sehingga Pak Koyin tidak mungkin menggantungkan
semua kebutuhan hidupnya kepada anak-anaknya.
Menjadi
tukang becak merupakan pekerjaan utama dari Pak Koyin, hampir setiap pagi
setelah subuh ia mangkal di pasar Jalan Jombang sampai pasar tutup sekitar
pukul 11:00 siang. Setelah itu ia pindah pankalan yaitu di jalan Surabaya,
tepatnya di depan gerbang selatan Universitas Negeri Malang.
3.
Alasan
Mejadi Tukang Becak
Pak
Koyin menjadi tukang becak sejak tahun 1980 an. Pada saat itu usia beliau
sekitar 31 tahun. Pada waktu itu beliau memilih menjadi tukang becak karena
pekerjaan ini tidak membutuhkan keahlian dan pendidikan khusus “kecuali
keahlian menyetir becak” dan tidak mempermasalahkan tamatan pendidikan
mengingat Pak Koyin tidak lulus SD. Pada waktu itu bekerja sebagai tukang becak
tidak membutuhkan modal finansial yang besar, beliau hanya bermodalkan semangat
untuk bekerja. Karena pada saat itu ada juragan yang bersedia memodali Pak
Koyin dengan sebuah becak yang dapat digunakan untuk bekerja. Pada waktu itu
sistem yang disepakati keduanya adalah sistem setoran. Namun beberapa tahun
kemudian Pak Koyin dengan uang hasil tabungannya dapat membeli becak tersebut
dan akhirnya hasil dari “narik becak” dapat dinikmati tanpa harus memberikan
setoran kepada juragan becak. Kurang lebih sekitar 32 tahun hingga saat ini Pak
Koyin bekerja sebagai tukang becak.
4.
Konsumen
atau Pelanggan Becak
Untuk penumpang atau
konsumen, pak Koyin biasanya mengangkut penjual maupun para pengunjung pasar
Jalan Jombang. Para penjual biasanya
menggunakan jasa becak untuk mengangkut barang daganganya ketika berangkat ke
pasar maupun pulang dari pasar. Namun sedikit sekali penjual yang menggunakan
jasa becak ini, karena biasanya pejual sudah membawa kendaraan sendiri atau
diantar oleh salah satu keluarganya. Penumpang lainya biasanya adalah
pengunjung pasar yang hendak pulang belanja maupun hanya jalan-jalan dari pasar
Jalan Jombang.
5.
Pendapatan
Pak Koyin dari Narik Becak
Beliau membandingkan
dari segi pendapatan sejak tahun-tahun pertama ia menarik becak dengan
pendapatan pada akhir dekade ini seiring menjamurnya transportasi berbasis
mesin bahwa jika dahulu pendapatan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga dan mencukupi biaya sekolah anak-anaknya bahkan Pak Koyin mampu
menyisakan sebagian uangnya untuk di tabung. Namun pada saat ini pendapatan Pak
Koyin hanya cukup untuk kebutuhan makan saja. Jika di rata-rata pendapatan Pak
Koyin sehari hanya sebesar Rp 30.000. bahkan seringkali pak Koyin pulang dengan
tidak membawa uang sepeserpun. Dan untuk kebutuhan biaya sekolah anak
terakhirnya yang sekarang duduk di kelas 3 SMA Pak Koyin mendapat bantuan dari
anak-anaknya yang telah berumah tangga.
Meskipun
pendapatan Pak Koyin dari hasil narik becak saat ini kurang mencukupi kebutuhan
hidup dirinya dan keluarganya, namun beliau tetap bertahan menjadi tukang
becak. Hal ini karena Pak Koyin tidak memiliki keahlian lain selain menjadi
tukang becak. Meskipun sebenarnya beliau menginginkan bekerja di sektor lain yang lebih banyak mendatangkan
rezeki. Selain itu keadaan usia Pak Koyin yang sudah tua menyebabkan beliau
enggan untuk beralih pekerjaan sepeti menjadi kuli bangunan karena itu
membutuhkan tenaga yang besar.
6.
Tanggapan
Penumpang terhadap Keberadaan Becak di Pasar Jalan Jombang
Salah satu penumpang
becak yang ada di pasar Jalan Jombang adalah pak Rozak, ia adalah seorang
penjual sayur dan buah di pasar Jalan Jombang. Hampir setiap hari ia
menggunakan jasa becak untuk mengangkut barang daganganya baik untuk berangkat
maupun pulang dari pasar. Menurut Pak Rozak keberadaan becak sangat membantunya
dalam mengangkut barang daganganya. Selain itu dengan tarif yang cukup murah
yaitu hanya Rp 2 rb sampai Rp 3 rb sekali jalan, pak Rozak sudah bisa membawa
barang daganganya ke pasar. Di banding menggunakan sepeda motor, pak Rozak
lebih memilih menggunakan becak karena becak memiliki daya tampung dan daya
angkut barang yang lebih besar dibandingkan sepeda motor. Pak Rozak menambahkan, jika barang dagangan
yang berupa sayur dan buah di bawa menggunakan motor kemungkinan rusak nya
lebih besar dari pada diangkut menggunakan becak.
D.
Kesimpulan
Becak merupaka salah
satu sarana transportasi yang masih menjadi pilihan di Indonesia khususnya di
pasar Jalan Jombang Kota Malang. Keberadaan becak disini membantu sebagian orang
yang membutuhkan jasanya. Namun dengan maraknya transportasi modern seperti
sepeda motor dan mobil, menjadikan eksistensi becak menjadi menurun di mata
masyarakat. Hal ini berdampak pada berkurangnya jumlah penumpang becak setiap
tahunya yang berakibat pada menurunya penghasilan tukang becak. Kejadian
semacam ini menyebabkan semakin berkurang pula profesi sebagai tukang becak,
hanya beberapa orang saja yang masih bertahan menjadi tukan becak karena
berbagai alasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar