Halaman

Sabtu, 01 Juni 2013

OBSERVASI PASAR


LAPORAN OBSERVASI PASAR

”KEBERADAAN TUKANG BECAK DI PASAR JALAN JOMBANG”

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Antropologi
Yang dibina oleh Bapak Drs. Irawan, M.Hum


Oleh
Ali Sunarno
120741404075

Offering  A






UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Pebruari 2013



A.    Pendahuluan
Universitas Negeri Malang (UM) merupakan salah satu universitas yang terletak di pusat Kota Malang. Sehingga disekitarnya terdapat berbagai fasilitas publik khususnya pasar baik pasar modern maupun pasar tradisonal. Pasar modern atau biasa yang disebut “mall” di sekitar UM yaitu MATOS (Malang Town Sequare), MOG (Mall Olimpic Garden) sedangkan  yang termasuk pasar tradisional salah satunya adalah pasar Jalan Jombang.
Pasar adalah tempat dimana terjadi interaksi antara penjual dan pembeli. Pasar di dalamnya terdapat tiga unsur, yaitu: penjual, pembeli dan barang atau jasa yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan. Pertemuan antara penjual dan pembeli menimbulkan transaksi jual-beli, akan tetapi bukan berarti bahwa setiap orang yang masuk ke pasar akan membeli barang, ada yang datang ke pasar hanya sekedar main saja atau ingin berjumpa dengan seseorang guna mendapatkan informasi tentang sesuatu. Ada pula yang memanfaatkan keramaian pasar sebagai sumber penghasilan yaitu dengan menyediakan jasa angkut dan antar bagi pengunjung pasar tersebut. Salah satu jasa angkut dan antar yang ada di pasar khususnya pasar tradisional adalah becak.
Berangkat dari pernyataan kedua paragraf di atas, kami tertarik untuk mengobservasi keberadaan tukang becak yang bekerja di pasar tradisional sekitar Universitas Negeri Malang yaitu di pasar Jalan Jombang.

B.     Metode Observasi
Observasi dan wawancara kami lakukan pada hari Minggu 10 Pebruari 2013 pukul 06:30 samapai pukul 07:30 WIB dengan mengamati keadaan pasar Jalan Jombang dan mewawancarai tukang becak dan salah satu penumpangnya yang berada di pasar Jalan Jombang.

C.    Hasil Observasi dan Wawancara
1.      Gambaran Umum Pasar Jalan Jombang dan Keberadaan Tukang Becak
Pasar Jalan Jombang merupakan pasar tradisonal yang berada kurang lebih 0,5 km barat daya Universitas Negeri Malang. Pasar ini buka setiap hari mulai subuh sampai pukul 11:00 siang. Seperti namanya lokasi pasar Jalan Jombang memenfaatkan keberadaan Jalan Jombang gang IA. Karena terletak di sebuah gang yang tidak terlalu lebar, para pengunjung biasanya hanya berjalan kaki, naik motor atau becak untuk menuju pasar ini.  Di pasar ini dijual aneka kebutuhan dapur seperti sayuran, buah-buahan, dan aneka lauk (tahu, tempe, ikan, daging ayam). Selain itu juga di jual aneka jajanan seperti bakpao, roti goreng, lemper dan lain-lain.
Selain terdapat berbagai macam barang yang di jual, di pasar Jalan Jombang terdapat jasa parkir untuk kendaraan pengunjung dan penjual di pasar, dan yang menarik adalah keberadaan tukang becak yang membantu mobilitas baik penjual maupun para pengunjung pasar.
Tukang becak adalah profesi unik karena meskipun di zaman yang serba canggih ini, mereka masih bisa bertahan dan masih menjadi salah satu angkutan umum yang diminati oleh masyarakat Indonesia. Di pasar Jalan Jombang sendiri becak merupakan salah satu sarana angkutan yang masih diminati masyrakat, meskipun semakin lama semakin berkurang peminatnya karena banyaknya angkutan yang lebih modern seperti sepeda motor, mobil dan lain-lain.

2.      Biografi Narasumber
            Pak Koyin, lahir di Malang pada tahun 1949. Saat ini usia beliau adalah 63 tahun. Riwayat pendidikan beliau adalah tidak tamat SD. Pekerjaan saat ini adalah sebagai tukang becak yang hampi setiap pagi mangkal di Pasar Jalan Jombang. Ia tinggal di sebuah rumah di Kelurahan Karang Besuki bersama istrinya Bu Fatimah yang berusia 59 tahun sebagai ibu rumah tangga dan seorang anak laki-laki yang masih duduk di bangku kelas 3 sebuah SMA di kota Malang yang sekarang menjadi tanggunganya. Sebenarnya Pak Koyin memiliki 4 orang anak, namun 3 dari anaknya telah menikah dan hudup berumah tangga sendiri.
            Karena keadaan ekonomi yang bisa dikatakan pas-pasan, ke 4 anak Pak Koyin tersebut kurang mendapatkan pendidikan di sekolah. Untuk anak pertama dan kedua, mereka hanya lulusan SD (Sekoah Dasar). Dan untuk anak ke 3 ia sudah lulus SMA. Dan yang terakhir ini baru kelas 3 SMA, dan kemungkinan tidak dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi karena tidak adanya biaya. Oleh karena anak pertama dan kedua hanya lulusan SD, merka hanya bisa bekerja sebagai kuli bangunan yang pendapatanya juga tidak banyak. Sehingga Pak Koyin tidak mungkin menggantungkan semua kebutuhan hidupnya kepada anak-anaknya.
            Menjadi tukang becak merupakan pekerjaan utama dari Pak Koyin, hampir setiap pagi setelah subuh ia mangkal di pasar Jalan Jombang sampai pasar tutup sekitar pukul 11:00 siang. Setelah itu ia pindah pankalan yaitu di jalan Surabaya, tepatnya di depan gerbang selatan Universitas Negeri Malang.
3.      Alasan Mejadi Tukang Becak
            Pak Koyin menjadi tukang becak sejak tahun 1980 an. Pada saat itu usia beliau sekitar 31 tahun. Pada waktu itu beliau memilih menjadi tukang becak karena pekerjaan ini tidak membutuhkan keahlian dan pendidikan khusus “kecuali keahlian menyetir becak” dan tidak mempermasalahkan tamatan pendidikan mengingat Pak Koyin tidak lulus SD. Pada waktu itu bekerja sebagai tukang becak tidak membutuhkan modal finansial yang besar, beliau hanya bermodalkan semangat untuk bekerja. Karena pada saat itu ada juragan yang bersedia memodali Pak Koyin dengan sebuah becak yang dapat digunakan untuk bekerja. Pada waktu itu sistem yang disepakati keduanya adalah sistem setoran. Namun beberapa tahun kemudian Pak Koyin dengan uang hasil tabungannya dapat membeli becak tersebut dan akhirnya hasil dari “narik becak” dapat dinikmati tanpa harus memberikan setoran kepada juragan becak. Kurang lebih sekitar 32 tahun hingga saat ini Pak Koyin bekerja sebagai tukang becak.

4.      Konsumen atau Pelanggan Becak
Untuk penumpang atau konsumen, pak Koyin biasanya mengangkut penjual maupun para pengunjung pasar Jalan Jombang. Para penjual biasanya menggunakan jasa becak untuk mengangkut barang daganganya ketika berangkat ke pasar maupun pulang dari pasar. Namun sedikit sekali penjual yang menggunakan jasa becak ini, karena biasanya pejual sudah membawa kendaraan sendiri atau diantar oleh salah satu keluarganya. Penumpang lainya biasanya adalah pengunjung pasar yang hendak pulang belanja maupun hanya jalan-jalan dari pasar Jalan Jombang.

5.      Pendapatan Pak Koyin dari Narik Becak
Beliau membandingkan dari segi pendapatan sejak tahun-tahun pertama ia menarik becak dengan pendapatan pada akhir dekade ini seiring menjamurnya transportasi berbasis mesin bahwa jika dahulu pendapatan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan mencukupi biaya sekolah anak-anaknya bahkan Pak Koyin mampu menyisakan sebagian uangnya untuk di tabung. Namun pada saat ini pendapatan Pak Koyin hanya cukup untuk kebutuhan makan saja. Jika di rata-rata pendapatan Pak Koyin sehari hanya sebesar Rp 30.000. bahkan seringkali pak Koyin pulang dengan tidak membawa uang sepeserpun. Dan untuk kebutuhan biaya sekolah anak terakhirnya yang sekarang duduk di kelas 3 SMA Pak Koyin mendapat bantuan dari anak-anaknya yang telah berumah tangga.
            Meskipun pendapatan Pak Koyin dari hasil narik becak saat ini kurang mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya, namun beliau tetap bertahan menjadi tukang becak. Hal ini karena Pak Koyin tidak memiliki keahlian lain selain menjadi tukang becak. Meskipun sebenarnya beliau menginginkan bekerja  di sektor lain yang lebih banyak mendatangkan rezeki. Selain itu keadaan usia Pak Koyin yang sudah tua menyebabkan beliau enggan untuk beralih pekerjaan sepeti menjadi kuli bangunan karena itu membutuhkan tenaga yang besar.

6.      Tanggapan Penumpang terhadap Keberadaan Becak di Pasar Jalan Jombang
Salah satu penumpang becak yang ada di pasar Jalan Jombang adalah pak Rozak, ia adalah seorang penjual sayur dan buah di pasar Jalan Jombang. Hampir setiap hari ia menggunakan jasa becak untuk mengangkut barang daganganya baik untuk berangkat maupun pulang dari pasar. Menurut Pak Rozak keberadaan becak sangat membantunya dalam mengangkut barang daganganya. Selain itu dengan tarif yang cukup murah yaitu hanya Rp 2 rb sampai Rp 3 rb sekali jalan, pak Rozak sudah bisa membawa barang daganganya ke pasar. Di banding menggunakan sepeda motor, pak Rozak lebih memilih menggunakan becak karena becak memiliki daya tampung dan daya angkut barang yang lebih besar dibandingkan sepeda motor.  Pak Rozak menambahkan, jika barang dagangan yang berupa sayur dan buah di bawa menggunakan motor kemungkinan rusak nya lebih besar dari pada diangkut menggunakan becak.

D.    Kesimpulan

Becak merupaka salah satu sarana transportasi yang masih menjadi pilihan di Indonesia khususnya di pasar Jalan Jombang Kota Malang. Keberadaan becak disini membantu sebagian orang yang membutuhkan jasanya. Namun dengan maraknya transportasi modern seperti sepeda motor dan mobil, menjadikan eksistensi becak menjadi menurun di mata masyarakat. Hal ini berdampak pada berkurangnya jumlah penumpang becak setiap tahunya yang berakibat pada menurunya penghasilan tukang becak. Kejadian semacam ini menyebabkan semakin berkurang pula profesi sebagai tukang becak, hanya beberapa orang saja yang masih bertahan menjadi tukan becak karena berbagai alasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar